CARA MENGATASI STRES
Cara Mengatasi Stres |
Bagaimana Cara Mengatasi Stres ? Sebelumnya mari kita kenali Faktor-Faktor
Penyebab Stres dan Reaksi Adaptasi sesorang Terhadap Stres . Yu, kita kenali
dulu penyebabnya, Secara umum, faktor penyebab stres meliputi:
1. Ancaman.
Persepsi tentang
adanya ancaman membuat seseorang merasa stres, baik ancaman fisik, sosial,
finansial, maupun ancaman lainnya. Keadaan akan menjadi buruk bila orang yang
mempersepsikan tentang adanya ancaman ini merasa bahwa dirinya tidak dapat
melakukan tindakan apa pun yang akan bisa mengurangi ancaman tersebut.
2. Ketakutan
Ancaman bisa
menimbulkan ketakutan. Ketakutan membuat orang membayangkan akan terjadinya
akibat yang tidak menyenangkan, dan hal ini membuat orang menjadi stres.
3. Ketidakpastian
Saat kita merasa
tidak yakin tentang sesuatu, maka kita akan sulit membuat prediksi. Akibatnya
kita merasa tidak akan dapat mengendalikan situasi. Perasaan tidak mampu
mengendalikan situasi akan menimbulkan ketakutan. Rasa takut menyebabkan kita
merasa stres.
4. Disonansi kognitif
Bila ada kesenjangan
antara apa yang kita lakukan dengan apa yang kita pikirkan, maka dikatakan
bahwa kita mengalami disonansi kognitif, dan hal ini akan dirasakan sebagai
stres. Sebagai contoh, bila kita merasa bahwa kita adalah orang yang baik,
namun ternyata menyakiti hati orang lain, maka kita akan mengalami disonansi
dan merasa stres. Disonansi kognitif juga terjadi bila kita tidak dapat menjaga
komitmen. Kita yakin bahwa diri kita jujur dan tepat janji, namun adakalanya
situasi/lingkungan tidak mendukung kita untuk jujur atau tepat janji. Hal ini
akan membuat kita merasa stres karena kita terancam dengan sebutan tidak jujur
atau tidak mampu menepati janji.
Faktor lain yang bisa menimbulkan
stres adalah kehidupan sehari-hari, seperti:
·
Kematian, baik kematian pasangan, keluarga,
maupun teman
·
Kesehatan: kecelakaan, sakit, kehamilan
·
Kejahatan: penganiayaan seksual, perampokan,
pencurian, pencopetan.
·
Penganiayaan diri: penyalahgunaan obat,
alkoholisme, melukai diri sendiri
·
Perubahan keluarga: perpisahan, perceraian,
kelahiran bayi, perkawinan.
·
Masalah seksual
·
Pertentangan pendapat: dengan pasangan,
keluarga, teman, rekan kerja, pimpinan
·
Perubahan fisik: kurang tidur, jadual kerja
baru.
·
Tempat baru: berlibur, pindah rumah
·
Keuangan: kekurangan uang, memiliki uang,
menginvestasikan uang.
·
Perubahan lingkungan: di sekolah, di rumah,
di tempat kerja, di kota, masuk penjara.
·
Peningkatan tanggung jawab: adanya tanggungan
baru, pekerjaan baru.
Di tempat kerja, selain faktor
penyebab yang bersifat umum di atas, ada 6 kelompok faktor utama penyebab
stres, yaitu:
·
Tuntutan tugas
·
Pengendalian terhadap pegawai, yang
berhubungan dengan bagaimana para pegawai melaksanakan pekerjaannya
·
Dukungan yang didapatkan dari rekan kerja dan
pimpinan
·
Hubungan dengan rekan kerja
·
Pemahaman pegawai tentang peran dan tanggung
jawab
·
Seberapa jauh instansi tempat bekerja
berunding dengan pegawai baru.
Bagiaman Reaksi Adaptasi Sesorang Terhadap
Stres ? Seberapa banyak, lama, dan berat keberadaan gejala-gejala stres
menggambarkan pada tahap mana reaksi seseorang terhadap stres yang dialaminya.
Menurut Hans Selye (1974), ada 3 tahap reaksi adaptasi seseorang terhadap
stres, yaitu:
Tahap 1: Alarm Reaction.
Gejala muncul sebagai respons
permulaan terhadap adanya stres, misalnya karena harus menyusun Persiapan
Mengajar Harian, seorang guru baru mendadak sakit perut/mulas-mulas.
Tahap 2: Resistance
Seseorang yang sudah terbiasa
menghadapi stres pada akhirnya akan lebih tahan (resisten) terhadap stres. Pada
tahap ini, seseorang menemukan adaptasi yang baik terhadap situasi yang
menimbulkan stres, sehingga alarm reaction menurun. Namun adakalanya pada tahap
ini timbul diseases of adaptation, yaitu suatu keadaan dimana seolah-olah
seseorang sudah beradaptasi dengan situasi yang menimbulkan stres, padahal
sebenarnya adaptasinya tidak tepat sehingga timbul penyakit-penyakit seperti
darah tinggi, maag, eksem, dan sebagainya.
Tahap 3: Exhaustion.
Tahap ini adalah suatu keadaan dimana
seseorang benar-benar sakit, yang terjadi bila stres terus menerus dialami dan
orang tersebut tidak dapat mengatasinya. Pada tahap ini gejala sudah lebih
berat, misalnya seseorang menjadi benar-benar putus asa, mengalami halusinasi,
delusi, dan bahkan kematian.
Lalu bagaimana Cara seseorang mengatasi stres ? Manusia adalah makhluk kompleks
yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan
berpotensi menimbulkan stres, dan
menuntut seseorang untuk mengatasinya.Cara seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori.
Pertama, cara ini merupakan cara yang
spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan stres berpusat pada emosi yang
dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan sebagai defense mechanism.
Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
·
Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang
justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang
yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang
di sekitarnya.
·
Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang
sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai
contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam
berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya; bisa bermakna
positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna
negatif bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat
terbatas, namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain
yang ada dalam dirinya.
·
Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan
perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada
hubungannya namun dianggap lebih aman. Contohnya: Seorang guru merasa malu
karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan guru-guru lain, maka ia
melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-murid di kelas.
·
Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan
logis atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang Kepala Sekolah yang tidak menegur
guru yang membolos selama 3 hari mengatakan bahwa ia tidak menegur guru
tersebut karena pada saat itu ia sedang mengikuti pelatihan untuk kepala
sekolah di ibukota provinsi.
Kedua, cara yang disadari, yang
disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar melakukan upaya
untuk mengatasi stres. Jadi pengelolaan stres dipusatkan pada masalah yang
menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres,
yaitu:
·
Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan
cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun
psikis, misalnya:
1)
Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa
stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap
orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
2)
Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan
minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga
secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
·
Mengenal dan mengubah sumber stres, yang
dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu:
1)
Bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui,
menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka
respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan menganalisis mengapa sampai
ditegur.
2)
Menarik diri/menghindar dari sumber stres.
Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber stres tidak dapat diatasi dengan
baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan menghambat
pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai masa penangguhan
sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah.
3)
Kompromi, yang bisa dilakukan dengan
konformitas (mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi (sampai
batas tertentu menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan toleransi
terhadap stres)
No comments:
Post a Comment