CARA MENGHADAPI KAKAK-ADIK YANG SERING BERTENGKAR
Ini
info menarik yang dikutip dari http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/
tentang Cara Menghadapi Kakak-Adik Yang Sering Bertengkar yang ditulis oleh (Ir.Jarot
Wijanarko M.Pd - Founder dan CEO www.happyholykids.com)
Memiliki
anak dengan rentang usia cukup dekat memang sering menjadi tantangan para orang
tua. Belum lagi jika anak-anak kerap bertengkar dan membuat orang tua
kebingungan untuk menghadapinya.
Pertama,
mari kita pahami anak-anak terlebih dahulu. Sehingga bukan bagaimana
menghilangkan pertengkaran dari dunia anak-anak, namun bagaimana kita bersikap
bijak terhadap anak-anak.
Ada
beberapa sebab pertengkaran yang memang ‘tidak terhindarkan’. Biarkan hal itu
terjadi sebagai proses yang harus dilalui. Jika kita memahami, kita tidak akan
stress namun bisa memahami.
Manusia
lahir tidaklah langsung dewasa, namun dengan proses psikologis, dimana awalnya
adalah KU-sentris, semuanya pusatnya adalah dirinya.
Mereka
akan berkata ini ayah-ku, mama-ku, tv-ku, rumah-ku dan jika kakaknya mencoba
untuk menerangkan bahwa ini juga papa-ku, ini papa KITA, maka konsep KITA belum
ada pada adik dan pertengkaran bisa terjadi.
Anak
usia 2-4 tahun adalah tahap UNLOADING dimana membongkar, merobohkan,
mengeluarkan adalah hal yang mengasyikkan, maka dia akan menarik baju di almari
hingga berantakan, menumpahkan semua isi laci dan sebagainya.
Jika
kakaknya menginjak 5-6 tahun dan mulai menyukai kebalikkannya, dia mulai
MEMUAT, menyusun, merangkai. Menyusun balok-balok dan adiknya datang (2-4
tahun) dengan senangnya merobohkan, maka sudah pasti pertengkaran akan terjadi.
Kakak
dan adik dengan beda usi hanya 1 tahun, juga bisa memicu pertengkaran karena
menyukai hal yang sama, entah mainan sehingga rebutan dan pertengkaran tidak
mungkin dihindarkan.
Beda
usia 1 tahun, maka si-kakak belum mendapat ‘plafon’ kasih sayang yang cukup,
sehingga tingkat kecemburuan sangat besar dan memicu pertengkaran. Belum
lagi jika si kakak harus selalu disuruh mengalah kepada si-adik, maka ia
semakin tidak mencintai/ cemburu ke si-adik. Dan akan masih banyak lagi sumber
pertengkaran lainnya.
Bertengkar
adalah proses psikologis yang wajar, yang melaluinya anak belajar memahami
konsep KITA, memahami milik dan hak orang lain, tumbuh empati dan
simpati. Jika hanya memiliki anak tunggal, atau 2 anak dengan dua kamar,
dua TV, dua set mainan, dua suster, dua sopir, dua mobil maka pertengkaran
tidak akan terjadi, tetapi anak juga tidak akan bertumbuh dengan benar.
Jangan
jemu-jemu terus mengajarkan, bahwa benda A punya si-kakak dan benda B punya
si-Adik dan harus saling ijin jika meminjam dan menggembalikan jika si-pemilik
memerlukan.
Untuk
hal sesederhana ini saja butuh waktu dan kesabaran, tetapi itulah tugas orang
tua, mengajarkan yang benar. Jika si-Adik yang salah, maka si-Adiklah yang
harus mengalah.
Orang
tua perlu sadar, bahwa itu wajar dan semua anak juga begitu. Kasihi
mereka lebih. Kasih yang lebih besar akan membuat orang tua bisa lebih sabar yang
lebih pula. Selesaikan setiap pertengkaran mereka dengan baik, saling meminta
maaf dan memaafkan, saling bersalaman. Jangan si-kakak harus mengalah
jika si-adik yang salah, keadilan akan mengurangi kecemburuan.
Jika
jarak terlalu dekat, maka faktor kecemburuan mungkin menjadi faktor utama, maka
saat anak cemburu, jangan dimarahi, dia akan semakin merasa tersingkir. Cemburu
adalah sinyal, bahwa kasih sayangnya kurang, maka saat inilah diperlukan
pasangan (suami) atau suster, mbak, mertua, orang tua untuk membantu menangani
si kakak yang cemburu.
Terbaik
jika ayah bisa masuk dan memberikan perhatian, mengajak bermain dan memberikan
kasih sayang kepada si-Kakak, jika si-Adik harus dan tidak bisa tidak harus
dengan ibu, karena memang si-ibu yang hanya bisa melakukannya (misalnya
memberikan ASI).
Saat
menyerahkan atau meminta si-Kakak untuk bermain dengan ayah, suster atau
kakek nenek, jangan lupa katakan; “Mama sangat sayang kakak, nanti setelah main
sama ayah/ suster/ kakek nanti sama mama ya? I love u... kakak anak baik deh.”
Sering
saat anak cemburu, dia hanya butuh kepastian, bahwa dirinya juga
dicintai. Setelah si-Adik tidur, atau bisa ditinggalkan, atau setelah
urusan penting lainnya selesai, jangan lupa mencari si kakak, berikan pelukan,
berikan kata-kata cinta. Anak yang mendapat kasih sayang cukup, tidak
akan mudah bertengkar.
Selain
faktor diatas, sering terjadi bahwa anak bertengkar, karena 'ketularan' dari
orang tuanya. Suami isteri yang bertengkar, suasana amarah dalam rumah, tidak
ada damai sejahtera, membuat mereka gelisah dan akan mudah bertengkar.
Jika
orang tua terlalu menekan dengan memarahi salah satu anak, maka dia tidak
berani melawan orang tuanya, tetapi akan marah dengan adiknya atau
kakaknya. Karena itu cobalah untuk mengevaluasi pernikahan Anda.
Saya
berikan ilustrasi ini: Ada satu kisah tentang seorang pelaut tua. Pelaut ini
gemar merokok, dan ketika burung beo kesayangannya menderita batuk menahun, ia
memanggil dokter hewan untuk memeriksa, karena dia sayang benar dengan beo tersebut.
Beberapa
kali datang bahkan ganti dokter hewan, sang dokter tidak bisa juga menyembuhkan
sakit burung beo tersebut. Sang pelaut akhirnya berhenti merokok, kuatir
asap rokoknyalah yang menyebabkan beo-nya batuk-batuk. Si pelaut pun hidup
lebih sehat dan sembuh dari batuknya, dan ternyata beo-nya pun berhenti
batuknya.
Sang
Beo berhenti batuk bukan karena dia sembuh dari sakit batuk, selama inipun dia
sehat-sehat saja, sehingga tidak ada dokter hewan yang bisa menemukan dan
menyembuhkan batuk sang beo, karena sang beo bukan sakit batuk, tetapi selama
ini dia ‘menirukan’ batuk tuannya.
Betapa
sering kejadian serupa ini terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang
para orang tua kecewa dan putus asa melihat anak-anak mereka bertambah nakal.
Tanpa disadari, acapkali anak-anak meniru gaya hidup orang tua mereka.
Karena itu cara mendidik dan menangani anak yang paling praktis adalah dengan
memberinya TELADAN.
(Sumber:
dari http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/)
No comments:
Post a Comment